Dua Desa di Kolaka Utara Terendam Banjir, BPBD dan PUPR Siapkan Langkah Penanganan
Lasusua, TrenNews.id – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, sejak Selasa malam hingga Rabu dini hari (28–29/10/2025), menyebabkan dua desa di wilayah berbeda terendam banjir, yakni Desa Meeto, Kecamatan Kodeoha, dan Desa Lawadia, Kecamatan Tiwu.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, peristiwa tersebut mengakibatkan 11 rumah terdampak di Desa Lawadia serta terputusnya akses sementara bagi warga di Desa Meeto akibat meluapnya air sungai.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kolaka Utara, Mukramin, SE, mengatakan timnya telah turun langsung ke kedua lokasi untuk melakukan pendataan dan penyusunan laporan kejadian.
“Tim kami sudah turun ke dua titik kejadian untuk melakukan verifikasi riil dampak bencana. Laporan sementara telah disusun dan akan dijadikan dasar penetapan status bencana oleh Bupati,” jelas Mukramin, kepada TrenNews.id, Kamis pagi (30/10/2025).
Ia menjelaskan, untuk Desa Lawadia, banjir terjadi sekitar pukul 02.00 WITA dan menyebabkan 11 rumah terdampak serta satu unit Puskesmas Pembantu (Pustu) mengalami gangguan operasional. Sementara di Desa Meeto, luapan sungai menyebabkan aktivitas warga di seberang sungai sempat terhenti.
“Tidak ada korban jiwa di kedua lokasi. Namun kami tetap menunggu laporan resmi dari pemerintah desa untuk proses administrasi penetapan bencana. Itu menjadi dasar penggunaan Dana Belanja Tidak Terduga (BTT),” tambahnya.
Dalam laporan BPBD Kolaka Utara, kebutuhan mendesak di dua wilayah tersebut adalah normalisasi sungai dan pemasangan bronjong untuk menahan erosi di bantaran sungai.
Sementara itu, Kepala Bidang PSDA Dinas PUPR Kolaka Utara, Iwan Taruna Jaya, mengungkapkan pihaknya telah melakukan peninjauan langsung di lokasi banjir di Desa Meeto dan menyiapkan langkah teknis penanganan.
“Kami akan segera menyusun perencanaan perkuatan tebing menggunakan bronjong atau pasangan talud, serta memastikan jalur air tetap lancar,” ujar Iwan.
Ia menambahkan, di Desa Meeto sebenarnya telah dibangun jembatan gantung untuk menghubungkan wilayah seberang sungai, namun pengerjaannya belum selesai.
“Kalau jembatan gantung itu sudah rampung, insyaallah warga tidak akan terisolasi lagi saat debit air meningkat,” tuturnya.
Mukramin menegaskan bahwa koordinasi antara BPBD dan PUPR akan terus dilakukan untuk memastikan langkah-langkah penanganan cepat dapat segera direalisasikan.
“Fokus kami adalah normalisasi sungai dan mitigasi agar kejadian serupa tidak menimbulkan dampak lebih besar,” pungkasnya.
Pewarta: Asse


Tinggalkan Balasan