Jumat, 26 Desember 2025

Jejak Kerbau di Sawah: Kisah Alat Bajak Tradisional yang Tak Lekang Waktu

Ilustrasi sedang menarik kerbau

TrenNews.id – Sebelum deru mesin membelah pematang dan roda besi mencabik lumpur sawah, orang tua kita dulu telah akrab dengan langkah pelan seekor kerbau. Hewan bertubuh besar dengan sorot mata tenang itu menjadi sahabat setia para petani dalam mengolah lahan pertanian.

Pada masa itu, kerbau bukan sekadar hewan ternak. Ia adalah “mesin hidup” yang membantu membajak sawah dan menggemburkan tanah sebelum padi ditanam. Dengan alat bajak kayu sederhana yang diikatkan di pundaknya, kerbau berjalan menyusuri petak demi petak sawah, mengaduk lumpur agar tanah menjadi gembur dan subur.

Pagi hari di persawahan selalu dimulai dengan suara gemericik air, langkah kaki petani, dan hembusan napas kerbau yang menyatu dengan kabut tipis. Tak ada suara bising, hanya irama alam yang bekerja bersama manusia. Proses membajak memang memakan waktu lebih lama, namun ada kesabaran dan kedekatan yang terbangun di sana.

Bagi para petani tempo dulu, menggunakan kerbau juga memiliki nilai lebih. Selain ramah lingkungan, kotoran kerbau menjadi pupuk alami yang menyuburkan tanah. Hubungan petani dan kerbau pun terjalin layaknya keluarga. Kerbau dimandikan, diberi makan, bahkan diajak berbicara seolah mengerti lelah dan kerja keras tuannya.

Kini, seiring masuknya teknologi pertanian, mesin bajak menggantikan peran kerbau. Pekerjaan menjadi lebih cepat dan efisien. Namun, di balik kemajuan itu, kenangan tentang kerbau di sawah perlahan memudar. Generasi muda mungkin tak lagi merasakan sensasi berjalan di lumpur sambil menggenggam kendali bajak kayu.

Meski demikian, kisah kerbau sebagai alat pembajak sawah tetap menjadi bagian penting dari sejarah pertanian kita. Ia mengajarkan tentang kesederhanaan, keselarasan dengan alam, dan makna kerja keras yang dilakukan dengan penuh kesabaran.

Jejak tapak kerbau mungkin telah jarang terlihat di persawahan, namun ceritanya akan selalu hidup dalam ingatan sebagai saksi bagaimana manusia pernah mengolah tanah dengan cara yang begitu dekat dengan alam.

Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini