Minggu, 28 Desember 2025

Natal di Tengah Erosi Solidaritas Jurnalis: Saatnya Kembali ke Jati Diri

Kordianus Lado

Natal 2025 hadir di tengah lanskap media yang paradoksal. Teknologi informasi berkembang pesat, akses terhadap berita kian terbuka, namun ironisnya fondasi utama jurnalisme—yakni solidaritas—justru mengalami erosi serius. Sebagai jurnalis yang bekerja di Kabupaten Manggarai, saya merasakan langsung dampak dari krisis ini. Momentum Natal memaksa kita untuk bercermin secara jujur: ke mana arah profesi ini jika saling sikut lebih dikedepankan ketimbang bahu-membahu?

Realitas kerja jurnalis hari ini semakin berat. Kekerasan, intimidasi, hingga kriminalisasi masih menjadi ancaman nyata. Namun yang lebih memprihatinkan, ancaman tersebut kerap tidak dihadapi secara kolektif. Alih-alih saling menguatkan, sebagian jurnalis justru terjebak dalam praktik saling menjatuhkan. Kompetisi yang kebablasan, polarisasi politik yang tajam, serta kedekatan berlebihan dengan kekuasaan menciptakan iklim kerja yang tidak sehat dan merusak kredibilitas profesi.

Di era digital yang serba cepat, solidaritas sering dianggap usang. Banyak jurnalis berlomba mengejar klik, viralitas, dan sensasi, bahkan dengan mengorbankan prinsip verifikasi dan akurasi. Media sosial yang seharusnya menjadi alat penyebaran informasi publik justru berubah menjadi arena disinformasi dan ujaran kebencian. Di sinilah ironi itu terjadi: teknologi yang mestinya memperkuat jurnalisme justru mempercepat degradasinya.

Polarisasi politik memperparah keadaan. Jurnalis yang terjebak dalam kubu-kubu ideologis saling menyerang dan merusak reputasi rekan seprofesi yang berbeda pandangan. Objektivitas dan netralitas dua nilai dasar jurnalisme sering dikorbankan demi loyalitas partisan.

Bagi jurnalis di daerah, tekanan politik dan keberpihakan ini kerap datang secara langsung dan kasat mata, menghadirkan dilema antara idealisme dan keberlangsungan kerja.
Godaan kekuasaan menjadi ancaman paling berbahaya. Demi akses, kenyamanan, atau sekadar bertahan hidup, sebagian jurnalis rela menjadi corong penguasa, mengaburkan fakta, bahkan menutup kebenaran. Praktik semacam ini bukan hanya mencederai independensi pers, tetapi juga menggerogoti kepercayaan publik. Di daerah, relasi kuasa yang dekat sering kali menggoyahkan integritas jurnalis, jika tidak disikapi dengan keberanian moral.

Lantas, apa yang bisa dilakukan? Natal, dengan pesan kasih, kejujuran, dan pengorbanannya, memberi ruang refleksi sekaligus harapan. Perubahan harus dimulai dari diri sendiri.

Pertama, kembali menegakkan kode etik jurnalistik. Kode etik bukan sekadar dokumen normatif, melainkan kompas moral dalam setiap kerja jurnalistik. Menjunjungnya memang berisiko, tetapi mengabaikannya jauh lebih berbahaya bagi masa depan profesi.

Kedua, meningkatkan literasi media masyarakat. Publik yang kritis akan mampu membedakan jurnalisme berkualitas dari propaganda murahan, serta memberi dukungan pada media dan jurnalis yang berintegritas.

Ketiga, memperkuat organisasi profesi. Organisasi jurnalis harus menjadi rumah bersama yang melindungi, membela, dan mengonsolidasikan solidaritas, terutama ketika jurnalis menghadapi intimidasi dan kriminalisasi.

Keempat, menolak segala bentuk jeratan kekuasaan. Independensi adalah harga mati yang tidak dapat ditawar. Tanpa independensi, jurnalisme kehilangan makna dan martabatnya.

Kelima, membangun kembali budaya saling mendukung. Solidaritas bukan slogan kosong, melainkan tindakan nyata—hadir, bersuara, dan berdiri bersama ketika satu jurnalis diserang.
Natal dan Tahun Baru adalah waktu yang tepat untuk kembali ke jati diri.

Apakah kita ingin dikenang sebagai penjaga kebenaran dan pembela keadilan, atau sekadar menjadi perpanjangan tangan kekuasaan dan penyebar disinformasi? Pilihan itu ada di tangan kita. Demi Manggarai yang lebih baik, dan demi kehormatan profesi jurnalisme, mari kita bangun kembali solidaritas yang nyaris terkikis.

Penulis: Kordianus Lado
Jurnalis TrenNews.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini