Abdul Razak Nasution Kembali Pimpin Lewat Aklamasi di Muktamar XI
Jakarta, TrenNews.id — Aklamasi yang menyertai terpilihnya Abdul Razak Nasution sebagai Ketua Umum PP HIMMAH 2025-2029 dalam Muktamar XI di Hotel Menara Peninsula bukan sekadar formalitas organisatoris. Keputusan ini merupakan pernyataan politik tegas: di tengah turbulensi dinamika mahasiswa dan tantangan kebangsaan yang kian kompleks, organisasi yang berdiri sejak 1954 ini memilih konsolidasi dan kontinuitas kepemimpinan.
Aklamasi sebagai Cermin Kohesivitas
Proses aklamasi yang berlangsung pada 9 Agustus dini hari itu mengkristalkan tiga hal:
-
Legitimasi kuat atas kinerja Razak di periode sebelumnya,
-
Kesepakatan kolektif antar Pimpinan Wilayah dan Cabang,
-
Sinyal stabilitas organisasi di kancah pergerakan mahasiswa nasional.
“Dalam konteks HIMMAH, aklamasi adalah konsensus untuk menghindari fragmentasi sekaligus mengamankan agenda strategis yang sudah dirintis,” ungkap salah satu delegasi Muktamar asal Sumatera Utara yang enggan disebutkan namanya.
Transformasi AD/ART dan Kaderisasi Multidimensi
Muktamar XI mencatat dua terobosan struktural:
-
Penyempurnaan AD/ART untuk memperkuat fleksibilitas organisasi menghadapi disrupsi sosial-politik.
-
Restrukturisasi kurikulum kaderisasi yang mengintegrasikan capacity building intelektual, keterampilan lintas sektor (wirausaha, hukum, teknologi), dan pendalaman wawasan kebangsaan.
“Kader HIMMAH harus jadi multipotential leader yang mampu menjawab tantangan SDGs hingga geopolitik,” tegas Razak dalam pidato penetapan.
Jalan Panjang Menuju Indonesia Emas 2045
Razak menetapkan tiga fokus utama:
-
Konsolidasi jaringan dengan penguatan sinergi PW/PC,
-
Penyelesaian program unfinished dari periode sebelumnya,
-
Reposisi peran HIMMAH sebagai think-tank mahasiswa yang berkontribusi pada kebijakan publik.
Analisis politisi muda dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Ahmad Syafiq, menilai: “Pilihan HIMMAH mempertahankan Razak adalah strategi low-risk high-gain untuk mempertahankan branding sebagai organisasi mahasiswa Islam yang stabil namun progresif.”
Tantangan di Balik Mandat Aklamasi
Di balik euforia kemenangan, tersimpan pekerjaan rumah berat:
-
Tekanan eksternal: Kompetisi dengan organisasi mahasiswa lain yang semakin agresif di era digital.
-
Ekspektasi internal: Tuntutan kader akan transparansi dan akselerasi program.
-
Ujian relevansi: Kemampuan HIMMAH menjembatani wacana keislaman dengan isu-isu kekinian seperti ekonomi hijau dan AI.
Sebagaimana disampaikan Razak: “Aklamasi ini bukan garis finis, tapi starting point untuk lompatan yang lebih besar.”
Epilog
Keputusan Muktamar XI HIMMAH ini mengukuhkan pola kepemimpinan sustainable di kalangan organisasi mahasiswa. Langkah selanjutnya adalah membuktikan bahwa kontinuitas bukanlah stagnasi, melainkan pondasi untuk inovasi.

Tinggalkan Balasan