Jumat, 28 November 2025

Guru Desa ala Oemar Bakri Mengayuh Ilmu, Menyalakan Asa

Ilustrasi seorang guru mengayun sepeda ontelnya

TrenNews.id – Di pedesaan, di mana jalanan masih berdebu dan sekolah berdiri sederhana di tengah ladang dan pepohonan, sering kita jumpai sosok guru yang mengingatkan kita pada tokoh legendaris dalam lagu Iwan Fals, Oemar Bakri. Mengayuh sepeda tua, membawa tas berisi kapur dan buku, dengan senyum sederhana ia bukan sekadar mengajar, tetapi mengantar harapan.

Oemar Bakri dalam lagu itu bukan hanya tokoh fiksi, tetapi representasi ribuan guru nyata di pelosok negeri. Mereka bukan hanya berjuang mengajar, tetapi berjuang hadir. Dalam senyap pagi, saat kabut masih menggantung di sawah, sepeda tua mereka mengayuh bukan sekadar roda, tetapi cita-cita bangsa.

Mereka tak pernah bertanya, “Apa yang negara berikan padaku?” Melainkan, “Apa yang bisa aku berikan pada anak-anak desa ini?”
Tak ada sorotan kamera, tak ada tepuk tangan meriah. Tapi di pundak mereka, beban masa depan tetap dipikul dengan sabar.

Guru desa seperti Oemar Bakri mungkin tidak berjas, tidak mengajar di ruang ber-AC, tidak menulis di papan digital. Tapi mereka mengajar dengan sesuatu yang tak bisa dibeli teknologi, ketulusan dan keteguhan.

Mengayuh sepeda itu adalah simbol perjuangan. Sepeda tua itu telah menyaksikan bagaimana seorang guru mengubah anak desa, dari tak mengenal huruf menjadi pembaca, dari tak mengerti angka menjadi pemikir, dari tak punya mimpi menjadi pejuang masa depan.

Banyak dari mereka tidak terkenal. Mereka tak pernah tampil di televisi, tak pernah viral di media sosial. Tetapi setiap murid yang berhasil, setiap generasi yang cerdas, adalah bukti nyata bahwa mereka telah menang walau hidup sederhana, mereka kaya dalam kebermaknaan.

Dalam diam mereka telah menulis sejarah, bukan dengan pena emas, tetapi dengan keringat dan kesabaran.

Dan hari ini, ketika kita membicarakan kemajuan pendidikan, jangan hanya bicara tentang kurikulum atau teknologi. Jangan lupa sosok yang tiap pagi masih mengayuh sepeda di jalan tanah, menyusuri sawah dan sungai, demi satu alasan, anak-anak tidak boleh berhenti belajar.

Karena guru seperti Oemar Bakri mungkin tidak memiliki segalanya. Namun mereka memberi sesuatu yang tak ternilai, cahaya di tengah gelapnya keterbatasan.

Selama sepeda itu masih mengayuh, harapan bangsa tak akan berhenti bergerak.

Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini