Luka di Kota Gas: Kekerasan Seksual dan Narkoba Menjadi Wajah Baru Bontang
Di kota yang dibanggakan sebagai pusat industri gas dan energi ini, luka-luka sosial menganga lebar. Kota Bontang sedang tidak baik-baik saja. Di balik deretan pabrik dan geliat ekonomi, dua ancaman laten terus menggerogoti sendi masyarakat, kekerasan seksual dan peredaran narkoba. Pelakunya makin berani, korbannya makin muda, dan suara korban kerap menguap di tengah hiruk-pikuk politik dan pembangunan.
Sepanjang 2024 hingga pertengahan 2025, angka kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan menunjukkan grafik naik yang mengkhawatirkan. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) mencatat sedikitnya 153 kasus kekerasan sepanjang 2024, dan dalam lima bulan pertama 2025, Polres Bontang menangani 20 laporan baru. Namun angka-angka ini hanyalah permukaan. Penelusuran TrenNews.id di beberapa titik termasuk lingkungan sekolah, rumah susun, dan kawasan padat penduduk mengindikasikan bahwa masih banyak kasus tak tercatat, tersembunyi di balik pagar rumah dan dinding kelas.
Pelaku kekerasan seksual tidak selalu orang asing. Dalam banyak kasus, mereka adalah figur yang dikenal korban, paman, ayah tiri, guru, bahkan teman sebaya. Di salah satu sekolah dasar negeri di Bontang Barat, seorang guru honorer pernah dilaporkan mencabuli muridnya, namun kasus itu “diselesaikan diam-diam”. Dalam satu wawancara, seorang relawan perlindungan anak menyebut, “Bontang kekurangan ruang aman. Bahkan rumah sendiri bisa menjadi tempat paling berbahaya.”
Belum selesai luka itu, racun lain menyusup melalui lorong-lorong kota, narkoba. Dalam beberapa bulan terakhir, aparat kepolisian menangkap remaja yang diduga menjadi kurir sabu di wilayah Guntung dan Loktuan. Mereka bukan bagian dari jaringan besar, tapi cukup terlatih untuk bertransaksi lewat aplikasi pengiriman. Di sebuah kos-kosan dekat kawasan pendidikan, petugas menyita ratusan butir obat keras daftar G, jenis tramadol dan LL, yang dijual bebas kepada pelajar.
Polanya berulang. Anak-anak muda direkrut jadi kurir, diberi uang saku, dan dijanjikan “kenyamanan”. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan diberi sabu sebagai bentuk “insentif” agar kecanduan lebih dulu. Kota yang dikenal dengan jargon “Bontang Hebat” ini justru kehilangan arah ketika harus menghadapi kerusakan moral yang menggerus dari bawah.
Sayangnya, upaya pencegahan masih tambal sulam. Sosialisasi di sekolah berlangsung seadanya. Pendampingan korban kekerasan seksual sering terlambat. Penanganan pelaku narkoba anak-anak masih bertumpu pada vonis, bukan rehabilitasi. Yang lebih menyakitkan, sebagian kasus justru didiamkan takut mencemarkan nama baik keluarga, institusi, atau daerah.
Kekerasan seksual dan narkoba adalah dua sisi dari kepedihan sosial yang saling berkaitan. Korban kekerasan yang tak tertangani bisa lari ke pelarian narkoba. Anak-anak yang kecanduan narkoba lebih rentan jadi korban maupun pelaku kekerasan. Di sinilah Bontang perlu mengubah arah, dari kota industri, menjadi kota yang melindungi kehidupan.
Pemerintah Kota Bontang tak bisa sekadar mengandalkan pidato dan banner imbauan. Dibutuhkan keberanian politik, membentuk tim terpadu penanganan kekerasan seksual dan narkoba lintas dinas, memperkuat unit layanan terpadu di kelurahan, menambah tenaga pendamping psikologis, dan membongkar jaringan narkoba sampai ke akar. Polisi tak cukup hanya razia, tetapi perlu hadir di sekolah dan komunitas sebagai pelindung, bukan sekadar penindak.
Masyarakat pun harus ikut bicara. Diam adalah bentuk pengkhianatan. Media harus terus menyuarakan kasus, meski penuh tekanan. Dan para tokoh agama, adat, pendidikan perlu hadir bukan hanya saat peresmian, tapi saat korban menangis dan pelaku tertawa bebas.
Bontang adalah kota yang tumbuh karena energi. Tapi kini, ia sedang kehabisan cahaya moral. Jika kekerasan seksual dan narkoba dibiarkan terus terjadi, maka generasi yang akan datang tidak hanya kehilangan masa depan, tetapi juga kehilangan rasa percaya kepada kota yang melahirkannya.
Redaksi TrenNews.id
Menyoroti Fakta, Menyalakan Suara yang Dipadamkan

Tinggalkan Balasan