Manusia Diciptakan untuk Saling Menghargai
Dalam keheningan hidup yang kerap kali riuh oleh ambisi dan ego, kita lupa akan satu hal mendasar: bahwa manusia tidak diciptakan untuk saling menjatuhkan, melainkan untuk saling menghargai.
Sejak awal penciptaan, manusia dianugerahi akal dan hati. Akal untuk berpikir, hati untuk merasakan. Ketika dua anugerah ini berjalan beriringan, tumbuhlah empati. Dari empati lahirlah penghargaan, baik kepada sesama manusia, makhluk hidup lain, maupun kepada semesta ciptaan-Nya.
Penghargaan bukan sekadar basa-basi sopan. Ia adalah wujud pengakuan bahwa setiap insan memiliki nilai dan martabat. Dalam pandangan spiritual, setiap manusia adalah cermin dari Sang Pencipta. Maka menghargai sesama adalah bentuk penghormatan kepada Tuhan itu sendiri.
Namun di zaman yang serba cepat dan kompetitif ini, nilai penghargaan sering terkikis. Kita lebih cepat menilai daripada memahami. Lebih sigap menghakimi daripada menyapa. Padahal, kebaikan sering kali tersembunyi di balik wajah-wajah yang berbeda dari kita.
Menghargai bukan berarti selalu setuju. Tetapi ia adalah sikap dewasa yang lahir dari kesadaran bahwa perbedaan adalah bagian dari kehendak ilahi. Justru dari sanalah kita belajar untuk mencintai tanpa syarat, menerima tanpa pamrih, dan tumbuh bersama dalam keberagaman.
Mari kita kembalikan hakikat kita sebagai manusia: makhluk yang dimuliakan karena mampu mencintai, karena mampu menghargai. Sebab hidup yang saling menghargai adalah cermin dari jiwa yang tercerahkan.
Penulis : Asse Daeng Mallongi
Tinggalkan Balasan