Menyinari Palopo, Menghalau Gelap Kejahatan
PALOPO – Dalam sepekan terakhir, Kota Palopo kembali dihadapkan pada kenyataan yang memprihatinkan, deretan kasus kriminal mulai dari pencurian kendaraan bermotor, penyalahgunaan narkoba, hingga keresahan warga akibat gelapnya jalanan akibat matinya penerangan umum.
Lampu-lampu jalan di kawasan Lingkar Timur padam satu per satu, menyisakan kegelapan yang tak hanya membungkam pandangan mata, tetapi juga membuka peluang bagi niat-niat jahat menyelinap. Warga mengeluh, aparat menjawab dengan janji. Namun, sementara menunggu perbaikan, malam tetap gelap, dan keresahan tetap bergelayut.
Islam mengajarkan bahwa keamanan adalah bagian dari nikmat Allah yang wajib dijaga. Nabi Muhammad SAW bersabda. “Barang siapa yang di pagi hari merasa aman di rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah diberikan kepadanya.” (HR Tirmidzi). Maka ketika rasa aman hilang dari suatu negeri, itu pertanda bahwa nikmat Allah sedang ditarik sedikit demi sedikit.
Kejahatan tak lagi mengenal batas ruang. Lewat teknologi, sabu-sabu kini bisa dibeli melalui Instagram dan diantarkan lewat sistem cash on delivery (COD). Inilah tantangan baru bagi para orang tua, guru, dan tokoh masyarakat. Kita tidak bisa membiarkan generasi muda tenggelam dalam gelombang gelap narkotika hanya karena kurangnya pengawasan dan lemahnya keteladanan.
Namun, di tengah kegelapan itu, kita masih bisa melihat cahaya. Kepolisian Palopo bertindak cepat menangkap pelaku curanmor dan membongkar jaringan kecil narkoba. Ini membuktikan bahwa aparat masih siaga, bahwa masih ada ghirah (semangat) untuk menjaga masyarakat dari mudarat.
Tapi menjaga kota bukan semata tugas polisi. Rasulullah SAW bersabda. “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” Maka walikota, camat, lurah, RT, hingga kepala keluarga semua punya tanggung jawab dalam menjaga keamanan bersama.
Palopo harus dibangun dengan kesadaran kolektif. Pemerintah wajib memperbaiki infrastruktur keamanan bukan karena desakan media, tetapi karena itu amanah. Warga harus aktif melapor dan menjaga tetangga. Dan seluruh tokoh agama harus berdiri di garda depan dalam mengingatkan pentingnya aman, damai, dan jauhnya masyarakat dari maksiat.
Menjaga keamanan adalah bagian dari ibadah. Menerangi jalan bukan sekadar tugas teknis, tetapi bagian dari jihad sosial, menolak kerusakan dan menegakkan kebaikan. Mari bersinergi, karena kota yang terang bukan hanya soal lampu menyala, tetapi karena hati dan niat kita semua tak membiarkan kegelapan berkuasa.
Redaksi

Tinggalkan Balasan