Pagi Ceria Anak Kolaka Utara: Lomba, Tawa, dan Doa di Hari Anak Nasional 2025
Lasusua, TrenNews.id – Langit pagi masih diselimuti kabut tipis ketika suara riuh tawa anak-anak mulai menghangatkan halaman SMP Negeri 5 Kolaka Utara. Rabu (23/7), sekolah yang berlokasi di Kecamatan Batu Putih itu turut ambil bagian dalam perayaan Pertemuan Pagi Ceria, sebuah inisiatif dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2025.
Sejak matahari belum tinggi, anak-anak sudah berdatangan dengan semangat yang membuncah. Seragam mereka rapi, wajah-wajah ceria terpancar penuh harap. Ada yang sibuk menyiapkan perlombaan, ada pula yang berdiri berbaris rapi, menanti dimulainya kegiatan pagi yang sarat makna ini.
“Kami ingin anak-anak memulai hari dengan bahagia. Tidak ada tekanan, hanya ruang untuk tertawa dan merasa diterima,” ujar Suriani, S.S., MM, Kepala SMP Negeri 5 Kolaka Utara, kepada TrenNews.id.
Tepat pukul 08.00 WITA, acara dibuka dengan senam massal “Anak Indonesia Hebat”, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lalu ditutup dengan doa bersama lintas iman. Namun momen paling menggembirakan datang ketika lomba-lomba tradisional dimulai dari lari kelereng, estafet balon, hingga permainan sarung berantai yang memicu tawa lepas di setiap sudut lapangan.
Kegiatan itu bukan semata-mata ajang adu cepat atau kuat. Anak-anak larut dalam suasana penuh keceriaan. Sorakan menggema, tepuk tangan bersahutan. Bahkan para guru dan staf pun tak ketinggalan ikut meramaikan suasana. Banyak yang mengabadikan momen itu melalui kamera ponsel, lalu membagikannya ke media sosial dengan tagar nasional #PagiCeriaHAN2025.
“Di tengah tekanan akademik, anak-anak tetap harus memiliki ruang untuk menjadi diri mereka. Bermain, tertawa, dan merasa aman. Sekolah harus menjadi tempat yang ramah anak,” tambah Suriani.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Mendikdasmen Nomor 11 Tahun 2025, yang mengimbau seluruh satuan pendidikan untuk menyambut HAN dengan suasana pagi yang menyenangkan, edukatif, dan penuh keceriaan.
Tak hanya siswa, para guru pun turut merasakan dampak positif dari kegiatan ini. Salah satu guru mengungkapkan bahwa momen seperti ini sangat jarang terjadi, namun sangat membekas.
“Kami merasa lebih dekat dengan siswa. Ada kehangatan yang tumbuh secara alami. Anak-anak merasa bebas berekspresi, dan kami pun teringat lagi bahwa dunia mereka memang dunia yang penuh tawa,” ujarnya.
Menjelang siang, kegiatan ditutup dengan pembagian hadiah kecil untuk semua peserta bukan karena mereka menang, tetapi karena mereka hadir, berpartisipasi, dan bersukacita. Di halaman sekolah yang sederhana itu, anak-anak tak hanya belajar tentang kerja sama dan sportivitas, tetapi juga tentang makna kebahagiaan yang sejati: bersama dan saling menguatkan.
Pewarta: Nisa

Tinggalkan Balasan