Minggu, 8 September 2024

Andi Sumangerukka, Anomali Pemilu Legislatif 2024 dan Pesona Calon Gubernur Sultra

Adjie Alfaraby, Direktur dan Peneliti Senior LSI Denny JA

Ketiga, tak bisa dipungkiri ada efek pilpres terhadap perolehan suara di Sultra. Secara nasional PPP adalah partai koalisi pendukung Ganjar-Mahfud. Data rekap KPUD Sultra menunjukan bahwa Prabowo-Gibran menang telak di Sultra. Prabowo-Gibran memperoleh suara sebesar 71.11 % suara. Sementara Ganjar-Mahfud hanya memperoleh 5.79 % suara. Dalam pilpres dan pileg serentak, ada istilahnya coattail effect, atau efek ekor jas. Dimana biasanya partai koalisi capres tertentu memperoleh efek dukungan dari pemilih yang memilih capres dari koalisi tersebut. Di Sultra, Gerindra memperoleh efek positif kemenangan telak Prabowo.

Gerindra memperoleh 233.478 suara,dan menjadi pemenang pemilu nasional di Sultra. Perolehan suara Gerindra naik jauh dari pemilu 2019 yang hanya 151.872 suara. Sementara PDIP mengalami penurunan suara jika dibandingkan dengan pemilu 2019. Pada pemilu 2019, PDIP memperoleh 183.197 suara, sementara pada pemilu 2024, suara PDIP turun menjadi 175.830 suara. Ada efek ekor jas negatif yang dialami PDIP di Sultra. PPP sendiri sebenarnya mengalami peningkatan suara jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya.

Pada pemilu 2019, PPP hanya memperoleh 65.284 suara dan mengalami kenaikan pada pemilu 2024 menjadi 118.350 suara. Sudah pasti kenaikan PPP ini lebih karena kontribusi suara dukungan terhadap ASR. PPP tak bisa mendulang suara lebih besar karena efek negatif ekor jas dukungan terhadap Ganjar-Mahfud yang kalah telak di Sultra.

Dengan statusnya sebagai tokoh baru, meskipun gagal mengantarkan PPP memperoleh kursi dari dapil Sultra, namun perolehan suara yang diraih oleh ASR menjadi “penanda politik” dalam panggung politik Sultra dan ibarat menjadi New Kids On The Block bagi para tokoh lama politik Sultra. Lebih jauh, saya ingin mengatakan bahwa meski gagal sebagai caleg, pesona ASR sebagai cagub tetap kokoh.

Setidaknya ada 2 (dua) faktor yang menjelaskan mengapa pesona ASR sebagai cagub masih kokoh. Pertama, meskipun gagal memperoleh kursi, namun perolehan suara ASR dalam pileg paling tinggi dibandingkan para cagub lain yang namanya sudah sering muncul jauh sebelum pileg 2024. Nama-nama yang sering muncul dalam bursa cagub sebelum pileg misalnya KSK, Tina Nur Alam, La Ode Ida, Abdurrahman Saleh, dan Rushda Mahmud, suaranya jauh dibawah ASR.

Kedua, hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei selalu menempatkan ASR dalam dua besar cagub dengan elektabilitas tertinggi. Bahkan survei dari lembaga survei nasional seperti Charta Politika Indonesia dan LSI Denny JA, menempatkan ASR dalam peringkat pertama cagub paling dipilih.

Sebagai bocoran, survei LSI Denny JA pada akhir Januari 2024 kemarin, masih menempatkan ASR pada posisi teratas cagub Sultra.

Perjalanan pemilu kita menunjukan bahwa pemilu legislatif dan pemilu kepala daerah adalah dua lanskap pemilu yang berbeda. Pemilu legislatif menghadirkan banyak kandidat untuk dipilih.

Sementara pemilu kepala daerah hanya menghadirkan sedikit kandidat untuk dipilih. Apakah ASR yang perkasa di pileg, akan pula perkasa di pemilu kepala daerah? Kita akan punya jawaban 8 bulan mendatang.

Oleh : Adjie Alfaraby, Direktur dan Peneliti Senior LSI Denny JA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini