Jumat, 18 Juli 2025

Jenazah Pendaki Brasil Juliana Marins Dimakamkan, Keluarga Soroti Kelalaian Evakuasi di Indonesia

Keterangan foto: Keluarga dan kerabat Juliana Marins menghadiri prosesi pemakaman di Niteroi, Brasil, Jumat (4/7/2025). Salah satu anggota keluarga tampak membawa poster bergambar mendiang Marins dengan tulisan “Descanse em Paz” (AP Photo)

Niteroi, TrenNews.id – Jenazah Juliana Marins (26), pendaki asal Brasil yang tewas usai terjatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Indonesia, telah dimakamkan di kampung halamannya di Negara Bagian Rio de Janeiro, Jumat (4/7/2025) waktu setempat.

Pemakaman diselimuti suasana duka mendalam. Keluarga korban menyampaikan kekecewaan terhadap lambannya proses evakuasi dan pemulangan jenazah dari Indonesia, yang dinilai tidak efisien dan menunjukkan kurangnya kesiapan otoritas dalam menangani situasi darurat.

Jenazah Marins tiba di Brasil pada Selasa (1/7/2025), sepekan setelah pihak berwenang Indonesia mengonfirmasi kematiannya. Sebelumnya, proses pencarian dan evakuasi memakan waktu beberapa hari, terkendala cuaca buruk serta medan ekstrem Gunung Rinjani.

Diketahui, Marins memulai pendakian ke Gunung Rinjani pada 21 Juni 2025 bersama seorang pemandu lokal dan lima wisatawan asing lainnya. Dalam perjalanan, ia diduga terjatuh dari tebing setinggi 600 meter. Gunung Rinjani sendiri merupakan gunung aktif tertinggi kedua di Indonesia dengan ketinggian 3.726 meter, dan menjadi salah satu destinasi favorit para pendaki mancanegara.

Tim SAR Indonesia berhasil menemukan jenazah Marins pada 25 Juni dengan bantuan drone thermal, karena kondisi cuaca berkabut membatasi jarak pandang. Proses evakuasi yang melibatkan puluhan personel itu memakan waktu lebih dari lima jam karena jalur yang curam dan berbatu.

Ayah korban, Manoel Marins, menyampaikan kritik tajam terhadap penanganan kasus putrinya. Dalam upacara pemakaman di kota Niteroi, Manoel menilai lambannya evakuasi mencerminkan “pengabaian terhadap nyawa manusia”.

“Sayangnya, ini adalah negara yang sangat bergantung pada sektor pariwisata. Indonesia dikenal sebagai tujuan wisata dunia, tetapi tidak memiliki infrastruktur dan sumber daya penyelamatan yang layak,” ujar Manoel seperti dikutip dari Associated Press.

Pihak otoritas dan tim penyelamat Indonesia dilaporkan telah bertemu dengan keluarga korban untuk menjelaskan kronologi proses pencarian dan evakuasi. Meski demikian, keluarga tetap menyampaikan keberatan atas lamanya proses penyelamatan dan repatriasi jenazah ke Brasil.

Peristiwa tragis ini menjadi perhatian luas di Brasil. Jutaan warga mengikuti proses penyelamatan melalui berbagai saluran media. Ucapan belasungkawa dan solidaritas pun mengalir untuk keluarga korban.

Kasus kematian Juliana Marins kembali memicu perbincangan tentang keamanan dan kesiapan infrastruktur wisata alam di Indonesia. Banyak pihak menyerukan perlunya peningkatan sistem tanggap darurat dan prosedur penyelamatan yang lebih profesional di destinasi ekstrem, guna mencegah tragedi serupa terulang di masa depan.

Sumber: Kompas.tv

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini