Sabtu, 23 November 2024

Kronologi Jurnalis Floresa Ditangkap Hingga Dipukul Bertubi-tubi dari Aparat

Gambar Ilustrasi seorang Jurnalis di Manggarai babak belur di pukul aparat

MANGGARAI, TRENNEWS.ID – Pemimpin Redaksi media Floresa, Heri Kabut, ditangkap polisi saat meliput aksi protes warga Poco Leok, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, NTT yang menentang proyek geotermal pada Rabu (2/10/2024) lalu.

Heri menuturkan pada Rabu siang ia menerima informasi tiga warga adat Poco Leok ditangkap aparat keamanan dalam aksi unjuk rasa menolak proyek geotermal.

Dia berangkat dari Ruteng sekitar pukul 13.10 Wita dan tiba sekitar pukul 14.00 Wita di Lingko Tanggong. Saat tiba di lokasi, situasi sudah tenang di mana warga tidak lagi berkonfrontasi dengan aparat keamanan.

Saat itu warga tampak duduk santai selesai makan siang, beberapa warga menyapanya.Saat itu warga tampak duduk santai selesai makan siang, beberapa warga menyapanya.

Tak lama berselang tampak mobil-mobil aparat, termasuk mobil keranjang Polres Manggarai dengan tiga orang warga dan empat polisi wanita (polwan) di dalamnya.

“Beberapa saat kemudian, saya mulai memotret situasi di lokasi itu. Saat itu, tidak satu pun aparat keamanan, PT PLN maupun pemerintah yang menegur atau mengimbau untuk tidak mengambil foto dan video,” ujar Herry dalam keterangannya, Kamis (3/10/2024) kemarin.

Herry mengambil 10 gambar di lokasi tersebut. Foto terakhirnya menampilkan tiga orang warga dan dua polwan yang sedang duduk di dalam mobil keranjang polisi.

Pada saat bersamaan, seorang polwan memanggil dan memintanya naik ke dalam mobil itu. “Polwan itu menanyakan tujuan saya mengambil gambar itu. Saya menjawab, ‘Saya seorang jurnalis’. Polwan itu lalu bertanya ‘Jurnalis dari media apa?’ dan saya jawab ‘dari media Floresa’,” katanya. Merespons jawaban itu, polwan tersebut kembali memintanya menunjukkan kartu pers. Namun Heri mengatakan tidak membawanya.

Meski begitu, dia bisa menunjukkan surat tugas yang menyatakan bahwa dirinya merupakan jurnalis sekaligus pemimpin redaksi Floresa. Sembari memberikan penjelasan itu, tiba-tiba beberapa anggota polisi mendatangi mobil keranjang dan memintanya turun dari mobil. Mereka menudingnya sewenang-wenang naik ke mobil itu. Heri memberikan penjelasan bahwa dirinya naik ke mobil tersebut atas permintaan seorang polwan. Lalu, para aparat itu memotong pembicaraannya dan menyuruhnya segera turun dari mobil.

“Saat saya turun, mereka langsung mencekik saya. Mereka menggiring saya sejauh kurang lebih 50 meter dari mobil keranjang itu dan sekitar 60 meter dari tempat warga, sambil menanyakan kartu pers saya,” tuturnya. Kepada mereka, Heri berusaha memberikan penjelasan terkait statusnya. Bahkan dia meminta mengecek media online Floresa.

Tanpa menghiraukan penjelasan itu, sejumlah aparat terus menuntutnya menunjukkan kartu pers. Mereka mulai memukul dan menggiringnya ke samping mobil TNI. Di samping mobil itu, mereka mencekik lehernya dan meninju muka dan kepala. Mereka juga menendang di beberapa bagian tubuh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini