Jumat, 22 November 2024

Perkuat Sinergi dengan Keuskupan Larantuka, PLN Komitmen Wujudkan Lembata sebagai Pulau 100 Persen Energi Hijau Lewat Geothermal PLTP Atadei 10 MW

Pihak Keuskupan Larantuka bersama PT.PLN berpose bersama usai melakukan sosialisasi

Sementara itu, Romo Vikjen Geby Unto Da Silva menekankan bahwa potensi panas bumi di NTT berguna baik untuk masyarakat. Ia pun mengaku belum dapat memastikan dasar penolakan dari oknum yang mengaku sebagai pemilik lahan.

“Bagaimanapun panas bumi adalah berkah, pemberian. Tentu kita perlu bersyukur. Kalau ada ahli yang mengatakan bisa dipergunakan, kenapa kita harus menolak. Karena berbeda dengan tambang emas, di Lembata ini eksplorasi panas bumi. Kalau ada dampak pengerusakan lingkungan dan ada pula cara atau teknologi yang mengurangi dampak itu, tolong disampaikan kepada publik,” kata Romo Vikjen Geby Unto Da Silva.

Pernyataan Romo Vikjen Geby Unto Da Silva bahwa geothermal bukanlah tambang, melainkan eksplorasi panas bumi, juga sebelumnya telah ditegaskan oleh ahli geothermal, Ali Ashat, dan putra asli Lembata sekaligus ahli panas bumi, Gregorius Ladjar, pada sosialisasi PLTP Atadei di Desa Nubahaeraka, Lembata, pada 22-24 Agusutus 2024.

Dalam kegiatan tersebut, Ali Ashat, selaku peneliti yang telah berkecimpung selama 30 tahun di bidang geohtermal menggarisbawahi bahwa geothermal bukanlah tambang. Ia menyatakan bahwa proyek strategis nasional (PSN) ini memiliki visi besar menjadikan Lembata sebagai pulau pertama di dunia yang menggunakan listrik terbarukan 100 persen secara mandiri. Jika hal ini terwujud, maka akan mendongkrak sektor perekonomian Lembata.

“Bahasa risiko itu tidak selalu berbahaya. Risiko bisa dikendalikan dengan prosedur, aturan, dan juga teknologi. Semua itu bisa dilakukan mitigasi, mengurangi, atau bahkan menghilangkan,” kata Ali Ashat.

Sementara itu, pada kegiatan yang sama, Gregorius Ladjar, mengimbau masyarakat di tanah kelahirannya agar tidak cemas dan khawatir pada rencana PT PLN (Persero) membangun PLTP Atadei 10 MW di Lembata.

“Semua sudah punya solusi. Saya kira tidak ada masalah yang terlalu berat. Jadi ini, kasarnya, tidak ada potensi-potensi yang berbahaya sebab pemantauan itu dilakukan sangat ketat,” kata Gregorius Ladjar.

Gregorius menegaskan kepada masyarakat sekaligus peserta sosialisasi bahwa segala upaya pembangunan dari pemerintah yang menyangkut emisi terhadap lingkungan memiliki standar tertentu dan selalu berpatokan pada regulasi yang berlaku.

Di lain kesempatan, GM PT PLN (Persero) UIP Nusra, Abdul Nahwan, berharap silaturahmi dengan keuskupan Larantuka dapat memperkuat sinergi dalam keberlanjutan pembangunan PLTP Atadei 10 MW di Lembata serta mewujudkan Lembata sebagai pulau 100 persen energi hijau.

GM Abdul Nahwan menyambut hangat segala usulan yang dituangkan dalam diskusi-diskusi tersebut untuk selanjutnya diterapkan dalam setiap tahapan eksplorasi geothermal di Lembata.

“Segala upaya pembangunan di Lembata adalah untuk kebaikan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembangunan PLTP Atadei, PLN akan terus melangsungkan sosialisasi dan berdialog dengan masyarakat, pemilik lahan, tua adat, tokoh pemuda hingga tokoh agama, juga menjunjung tinggi adat dan budaya setempat, demi mencapai satu visi mewujudkan Lembata sebagai pulau seratus persen energi bersih,” ucap GM Abdul Nahwan. (Lado)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini