Apakah Kehidupan Itu Berputar Seperti Bola?
Ada sebuah ungkapan lama yang sering kita dengar: “Hidup itu seperti roda, kadang di atas, kadang di bawah.” Tapi jika kita amati lebih dalam, mungkinkah kehidupan itu bukan sekadar seperti roda, melainkan seperti bola yang terus berputar, memantul, bahkan kadang tak terduga arah lajunya?
Kehidupan, seperti bola, memang tak pernah diam. Kadang kita merasa berada di puncak dihormati, disegani, dicintai banyak orang. Namun, dalam sekejap, badai bisa datang. Kehilangan, kegagalan, bahkan pengkhianatan bisa membuat kita terhempas ke dasar.
Namun, di situlah keindahan kehidupan. Seperti bola yang memantul lebih tinggi setelah jatuh keras ke tanah, kita pun bisa bangkit, bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Nasib bukan sesuatu yang mutlak tak bisa diubah. Ia adalah peta awal, tapi arah langkahnya tetap kita yang tentukan.
Lihatlah kisah nyata dari seorang bernama Harland David Sanders, yang mungkin lebih dikenal dunia dengan nama “Kolonel Sanders,” pendiri restoran cepat saji KFC. Di usia 65 tahun, ia telah mengalami kegagalan dalam berbagai pekerjaan, bahkan hidup dalam kemiskinan. Ia mencoba menjual resep ayam gorengnya ke berbagai restoran. Ditolak lebih dari 1.000 kali. Tapi ia tidak menyerah.
Akhirnya, seseorang percaya pada idenya. Satu gerai, lalu dua, lalu berkembang menjadi ribuan di seluruh dunia. Jika ia menyerah pada kegagalan, dunia mungkin tak pernah mengenal KFC. Tapi karena ia terus memantul, terus berjuang, nasibnya pun berubah drastis.
Jangan pernah takut ketika hidup terasa berat atau tak sesuai harapan. Mungkin kamu sedang berada di titik jatuh, tapi ingat: itu bukan akhir, melainkan bagian dari lompatan yang sedang disiapkan.
Karena dalam kehidupan yang terus berputar ini, mereka yang bertahan, bersyukur, dan terus berusaha akan menemukan bahwa nasib bukan sekadar takdir, tapi juga cerminan dari keberanian untuk terus melangkah.
Jadi, apakah kehidupan berputar seperti bola? Bisa jadi iya. Tapi ingatlah, bola pun bisa melambung tinggi asal ada daya dorong yang cukup. Dan daya dorong itu adalah dirimu sendiri.
Penulis : Fatih
Tinggalkan Balasan