Evaluasi Proyek Infrastruktur Bontang 2024: Kendala dan Sorotan
Bontang, TrenNews.id – Pada tahun 2024, Bontang menjadi saksi dari berbagai proyek infrastruktur berskala besar yang bertujuan memperbaiki fasilitas publik. Namun, pelaksanaan proyek ini tidak berjalan mulus. Beberapa mengalami kendala signifikan, mulai dari keterlambatan, hingga keluhan terkait kualitas hasil pengerjaan.
Salah satu proyek yang menjadi sorotan adalah pembangunan jembatan beton di Balai Benih Ikan (BBI) Tanjung Laut Indah. Dengan anggaran sebesar Rp10,8 miliar, proyek ini tidak selesai tepat waktu, meski kontraktor sudah mendapat surat peringatan dari Dinas PUPRK. Kontraktor akhirnya meminta perpanjangan waktu 50 hari.
Proyek drainase dan trotoar di Jalan Ahmad Yani senilai Rp11,2 miliar juga mengalami nasib serupa. Terhambatnya pasokan material beton menjadi penyebab utama keterlambatan. Hingga awal Januari 2025, proyek ini belum rampung, meskipun sudah melewati batas waktu kontrak.
Tidak hanya terlambat, hasil pengerjaan beberapa proyek memicu kritik. Proyek drainase dan trotoar di Jalan Suryanata, dengan nilai anggaran Rp7 miliar, menuai keluhan warga. Trotoar dianggap terlalu tinggi dan kualitas materialnya mudah hancur.
Renovasi Stadion Bessai Berinta dengan anggaran Rp10,5 miliar juga mendapat sorotan tajam. Komisi DPRD menyoroti konstruksi pagar yang tidak presisi, serta sejumlah kekurangan pada monumen bola yang menjadi bagian dari proyek tersebut.
Dua proyek pembangunan tugu di Bontang pun menghadapi berbagai kendala. Tugu PKK di simpang Tanjung Laut selesai dibangun, namun kualitasnya dipertanyakan karena badan tugu dinilai tidak rata, dan ornamen Burung Kuntul Perak kurang sesuai desain awal.
Sementara itu, tugu batas wilayah antara Bontang dan Kutai Timur terhenti di tengah jalan. Pemilik lahan keberatan sehingga progres proyek senilai Rp839 juta ini hanya mencapai 40 persen sebelum dihentikan.
Pembangunan ruang kelas baru di SDN 002 Bontang Barat juga belum selesai. Proyek senilai Rp6,4 miliar ini baru mencapai 92 persen pada akhir 2024, dengan perpanjangan waktu pengerjaan hingga 50 hari.
Proyek pembangunan turap di Kelurahan Gunung Telihan juga belum sepenuhnya rampung. Beberapa bagian turap masih terbuka, meski dana berasal dari bantuan keuangan Kaltim dan kegiatan TNI.
Rangkaian persoalan dalam proyek infrastruktur Bontang selama 2024 menegaskan perlunya pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah. Mulai dari perencanaan, eksekusi, hingga evaluasi proyek, setiap tahapan harus dilakukan dengan transparan dan akuntabel.
Ke depannya, pemerintah diharapkan lebih selektif dalam memilih mitra kerja dan menyiapkan strategi mitigasi risiko yang lebih baik. Infrastruktur adalah investasi jangka panjang yang berdampak langsung pada kualitas hidup masyarakat, sehingga mutu pengerjaan dan efisiensi waktu harus menjadi prioritas utama.
Pewarta : Arman
Editor : Annisa
Tinggalkan Balasan