Sabtu, 23 November 2024

Kebahagiaan Sejati Tak Tergantung Pada Harta dan Kekuasaan

Aswan Nasution

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari [kenikamatan] duniawi”. [QS. Al Qashshash: 77].

ISLAM sebagai agama yang mengajarkan pentingnya kebahagiaan dunia akhirat. Islam memiliki sudut pandang tersendiri mengenai makna kebahagiaan. Kebahagian menurut Islam, tidak hanya sekedar kesenangan atau kepuasan yang bersifat sementara melainkan kebahagiaan yang abadi hingga akhirat nanti.

Bahagia di dunia saja tapi di akhirat sengsara bukanlah kebahagiaan menurut Islam. Namun, kebahagiaan di dunia tidak boleh menjadi tujuan utama seseorang sehingga melupakan tujuan hidup utama yaitu mencari keridaan Allah SWT.

Di tengah masyarakat yang sering kali mengukur kebahagiaan itu berdasarkan pada harta kekayaan [materi] atau kekuasaan. Dalam ajaran Islam, menekankan bahwa manusia harus fokus pada pengembangan jiwa mereka daripada mengejar keuntungan duniawi yang sementara. Hal ini sangat berbeda dengan tren modern yang sering kali mengukur kesuksesan berdasarkan pencapaian materi dan status sosial.

Bahwa kekayaan dan kekuasaan hanya memberikan kebahagiaan yang sementara. Sementara kebahagiaan sejati datang dari menjalani hidup yang penuh kebajikan. Seseorang yang hidup dengan kejujuran, keadilan, dan integritas akan mencapai kedamaian batin yang lebih langgeng daripada mereka yang hanya mengejar keuntungan finansial.

Baca Juga: Dakwah dan Politik

Di era modern ini banyak orang masih terjebak dalam ilusi bahwa kebahagiaan bisa dibeli dengan uang atau diperoleh melalui kekuasaan. Bahwa kebahagiaan yang abadi hanya bisa ditemukan ketika seseorang hidup sesuai dengan kebajikan dan memperjuangkan kebenaran.

Dalam masyarakat yang semakin materialistis, maka hal ini menjadi pengingat bahwa kebahagiaan tidak dapat diukur dengan kekayaan. Kebahagiaan sejati adalah hasil dari pemahaman diri yang mendalam, serta komitmen untuk hidup dengan kebajikan dan moral yang kuat.

Meminjam pemikiran Socrates mengatakan: “Manusia bisa mendapatkan kepuasan sesaat dari kekayaan atau kesuksesan, tetapi itu bukanlah kebahagiaan sejati yang mendalam dan abadi. Baginya kebahagiaan sebenarnya berasal dari pencapaian hidup yang berbudi luhur, dimana seseorang menjalani hidup yang selaras dengan nilai-nilai moral dan kebajikan”.

Selanjutnya ahli filsafat ini mengatakan: “Apakah sekarang yang kaya secara materi, tetapi hidup dalam kebohongan dan ketidakadilan, bisa benar-benar bahagia? Jawaban yang dia berikan adalah tidak. Kebahagiaan menurutnya harus ditemukan dalam pencarian kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Tanpa kebajikan-kebajikan ini, kekayaan dan kekuasaan hanya akan membawa kehampaan”.

Untuk mencapai kebahagiaan yang sejati menurut sudut pandang Islam, seseorang harus mempebaiki diri hubungannya dengan Allah juga harus menjaga hubungan sesama manusia dan lingkungan sekitarnya sambil berusaha menciptakan kebaikan dan keadilan dalam masyarakat.

Jadi kebahagian sejati adalah ketika kita berhasil menjadi hamba Allah yang taat dan menjadi makhluk yang baik lagi bermanfaat. Disebutkan juga dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia”. [HR. Ahmad]. Walllahu a’lam bishshawab.

 

Referensi:
https://Imizakat.id./blog/read/kebahagiaan,
Edukasi-Lembaga Manajemen Infaq [LMI].may20.2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini