Rabu, 4 Desember 2024

Meraih Jatidiri Mu’min Sejati

Aswan Nasution

UNTUK memiliki zatiyah imaniyah, membutuhkan usaha kuat dan pengetahuan tentang meraih jati diri mu’min sejati. Hingga ia mampu meraih gelar yang pernah disandang sahabat dan menebarkan bau semerbak dalam panggung sejarah dunia, gelar “KHAIRU UMMAH”. Ada beberapa pilar utama bagi tumbuhnya dzatiyah imaniyah dalam diri seorang mu’min sejati.

Pertama: Percaya bahwa Allah pencipta seluruh alam dan isinya. Bukti bahwa alam diciptakan dengan indah dan teratur, dimana satu unsur membutuhkan unsur lain untuk menjalankan misinya. Dan alam ini tidak akan bisa langgeng kecuali dengan adanya kekuatan abadi yaitu Allah SWT, dalam surat Al-Anbiya’ ayat 22 Allah berfirman: “Seandainya pada keduanya ada tuhan kecuali Allah sungguh keduanya [bumi dan langit] akan rusak, maha suci Allah tuhan arasy dari apa yang mereka sifatkan”. Berdasarkan ini seorang hamba senantiasa merasa lemah dihadapan Allah, maka ia berusaha selalu baik dihadapanNYA apabila ia memahami hal itu.

Kedua: Yakin bahwa alam tidak dijadikan sia-sia, karena Allah maha sempurna, tidak mungkin menciptakan sesuatu yang sia-sia. Maksud dari penciptaan tidak akan bisa difahaminya kecuali berdasar penjelasan dan Rasul dan wahyu, sebagai pemberitahu apa yang harus dikerjakannya diatas dunia. Oleh karenanya mereka termotivasi untuk terus beramal karena ditemani wahyu dan sunnah Rasulullah.

Ketiga: Mengetahui bahwa tujuan diciptakan manusia adalah mengenal, mentaati dan menyembah Allah, disinilah hakikat keberadaan manusia. Jika ia mengerti, tidak akan pernah sesaatpun berniat maksiat kepada Allah dan akan tumbuh dalam dirinya jatidiri mu’min sejati yang selalu tunduk kepada Sang Khaliq, sebagaimana dalam surat Adz-dzariyat ayat 56: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahku.”

Keempat: Harus beriman bahwa balasan mu’min yang taat adalah surga, sedangkan balasan bagi kafir yang maksiat adalah neraka. Mengimani hal ini dengan baik akan menimbulkan optimisme dalam diri mu’min dan terpacu untuk beramal tanpa dikomando, demi meraih ridho Allah dan balasannya. Allah berfirman: “segolongan ada di sorga dan segolongan ada di neraka.” [QS. Asy-syuro: 7].

Kelima: Takut hanya kepada Allah. Dan takut kepadaNYA adalah dorongan untuk menyembah dan menjauhkannya dari murka Allah SWT, karena perasaan takut itu akan membuatnya terus berbuat berdasarkan perintah Allah dan Rasulnya sehingga timbul motivasi dalam dirinya untuk berbuat kebaikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini