Sabtu, 23 November 2024

Tangisan Pemimpin Negara Terhadap Rakyat Penuh Derita

ASWAN NASUTION

Setelah mendengar perkataan puteranya yang tak dapat berbicara di ruangan gelap, kemudian Khalifah memanggil seorang khadam [pembantu] yang diperihtahkanya untuk mengambil lampu dari rumah Khalifah untuk dipergunakan selama pembicaraan Khalifah dan puteranya. Setelah ruang terang, khalifah berkata:” Bicaralah, apa yang hendak engkau bicarakan. Kini kita mempergunakan lampu dan minyak yang dibeli dari uang milik kita sendiri”.

 

Demikianlah sebuah contoh teladan dan dimiliki oleh seorang khalifah [pemimpin negara] yang memegang amanah dari kepemimpinannya yang menguasai kekayaan negara yang demikian besarnya.

 

Dalam soal sekecil itu khalifah Umar bin Abdul Aziz bertindak demikian hati-hati, begitupun dalam persoalan yang lebih besar beliau senantiasa menunjukkan sikap amanahnya yang begitu besar.

 

Suatu hari isterinya, Fatimah binti Abdul Malik, masuk ke kamar khalifah, dan melihatnya sedang duduk di atas tikar shalatnya. Pipinya ditempelkan di atas tangannya, sementara air matanya mengalir. Melihat keadaan khalifah yang demikian, isterinya bertanya: “Mengapa Anda menangis seperti ini?”

 

Khalifah menjawab: “Oh malangnya wahai Fatimah, aku diberi tugas mengurus umat seperti ini. Yang menjadi buah pikiranku adalah nasib si miskin yang kelaparan, orang yang merintih kesakitan, orang yang terasing di negeri ini, tawanan, orang tua renta, janda yang sendirian, orang-orang yang mempunyai tanggungan keluarga yang besar dengan penghasilan kecil dan orang-orang yang senasib dengan mereka di seluruh pelosok negeri ini, utara atau di selatan.

 

“Aku tahu, Allah SWT. akan meminta bertanggungjawaban kepadaku di hari kiamat kelak. Sedangkan pembela mereka yang menjadi lawanku adalah Rasulullah SAW. Aku betul-betul takut tak dapat mengemukakan jawaban dihadapan-Nya. Itulah sebabnya aku menangis”, jawab Khalifah kepada isterinya. Wallahua’lam.

 

Sumber: SKJ.182.1417H.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini