Senin, 30 Juni 2025

Wisatawan Meninggal di Beras Basah, DPRD Bontang Desak Ambulans Laut: “Jangan Tunggu Korban Berikutnya”

Keterangan Foto: Pulau Beras Basah, ikon wisata bahari Kota Bontang, Kalimantan Timur, yang ramai dikunjungi wisatawan setiap akhir pekan. Minimnya fasilitas kesehatan darurat di lokasi ini kembali menjadi sorotan usai insiden meninggalnya seorang pengunjung akibat serangan jantung. (Foto: Istimewa)

Bontang, TrenNews.id – Tragedi meninggalnya wisatawan di Pulau Beras Basah kembali menampar kesiapsiagaan pemerintah dalam menjamin keselamatan di destinasi wisata andalan Kota Bontang. Sorotan keras datang dari Wakil Ketua Komisi B DPRD Bontang, Winardi, yang mendesak agar fasilitas medis darurat seperti ambulans laut segera disiapkan.

“Jangan tunggu korban berikutnya. Sudah seharusnya ada ambulans laut yang standby setiap akhir pekan di Beras Basah,” tegas Winardi kepada wartawan, Minggu (29/6/2025).

Menurut legislator yang akrab disapa Awin itu, ikon wisata seperti Pulau Beras Basah tak cukup hanya dipromosikan secara visual dan seremonial. Pemerintah daerah, kata dia, harus bertanggung jawab menyediakan sarana keselamatan dasar. Apalagi, Beras Basah bukan sekadar lokasi wisata, tapi juga dikelilingi pemukiman warga pesisir seperti Tihi-Tihi, Melahing, dan Gusung yang juga rawan dalam kondisi darurat medis.

“Infrastruktur pariwisata bukan cuma spot foto dan brosur. Di laut, detik bisa menentukan nyawa,” kritiknya tajam.

Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bontang, Rafidah, belum merespons saat dikonfirmasi awak media.

Tragedi yang menjadi latar sorotan ini terjadi Sabtu (28/6/2025). Sri Wahyuningsih (63), warga Balikpapan, meninggal dunia setelah mengalami sesak napas usai insiden saat menaiki wahana banana boat bersama keluarganya.

“Tali banana boat putus. Korban dievakuasi ke kapal dalam kondisi mengeluh sesak napas. Sempat dilakukan RJP oleh anak kandungnya dan sempat ada respons,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bontang, Eko Mashudi.

Namun upaya penyelamatan itu berakhir tragis. Tidak ada fasilitas medis di lokasi. Tidak ada paramedis profesional. Tidak ada ambulans laut. Pulau yang diagung-agungkan sebagai wajah pariwisata Bontang itu ternyata belum dilengkapi sistem penanganan darurat paling mendasar.

Peristiwa ini menambah daftar panjang ironi pembangunan sektor pariwisata yang kerap mendewakan kunjungan tanpa perhitungan keselamatan. Pemerintah Kota Bontang kini dituntut tidak lagi menunda-nunda karena nyawa tak bisa diulang.

Pewarta: Andi
Editor : Redaksi TrenNews.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini