Dugaan Eksploitasi Anak di Bontang Terungkap, DP3AKB Temukan Modus Terselubung Lewat Jualan Makanan Ringan
Bontang, TrenNews.id — Dugaan praktik eksploitasi anak kembali mencuat ke permukaan. Kali ini terjadi di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) setempat mengonfirmasi adanya aktivitas anak di bawah umur yang bekerja hingga larut malam dengan dalih membantu orang tua menjajakan makanan ringan seperti rempeyek dan bihun.
Trully Tisna Milasari, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak dan Perlindungan Khusus Anak, menyebut pihaknya sudah beberapa kali melakukan penelusuran langsung, termasuk ke sekolah-sekolah untuk memverifikasi keberadaan dan status pendidikan anak-anak tersebut. Namun, proses pendataan kerap terkendala karena anak-anak tidak bersedia memberikan identitas asli maupun alamat tempat tinggal.
“Sering kali anak-anak ini enggan menyebutkan nama atau alamat yang benar. Bahkan, posisi antara anak yang berjualan dengan orang tuanya juga berjauhan, sehingga menyulitkan proses penelusuran,” ujar Trully kepada media, Rabu (2/7/2025).
Ia mengungkapkan, DP3AKB mencurigai adanya eksploitasi ketika anak-anak tersebut ditemukan masih berada di jalan hingga pukul 23.00 WITA. Menurutnya, kondisi ini sangat tidak wajar bagi anak usia sekolah.
“Jika anak di bawah umur berada di jalanan hingga larut malam, maka ada indikasi kuat eksploitasi. Apalagi jika aktivitas tersebut terjadi secara terus-menerus,” jelasnya.
Trully menekankan pentingnya membedakan antara anak yang bekerja dan pekerja anak. Anak yang bekerja umumnya membantu orang tua dalam batas waktu wajar, tanpa paksaan, dan tidak mengorbankan waktu belajar maupun bermain. Sedangkan pekerja anak kehilangan hak-haknya sebagai anak, termasuk akses pendidikan dan kehidupan yang layak.
“Tak jarang, justru orang tua memanfaatkan anaknya untuk berjualan karena dianggap lebih menarik simpati pembeli. Fenomena ini kerap terjadi di banyak daerah, termasuk Bontang,” katanya.
DP3AKB Kota Bontang berkomitmen melakukan investigasi lanjutan atas temuan ini dan mengimbau masyarakat untuk proaktif memberikan laporan jika menemukan indikasi serupa. “Kami sangat terbantu jika laporan masyarakat disertai dengan data lengkap seperti nama anak, alamat, dan sekolahnya. Ini penting agar intervensi yang kami lakukan tepat sasaran,” tambah Trully.
Fenomena eksploitasi anak masih menjadi pekerjaan rumah bagi banyak daerah di Indonesia. Kasus ini kembali mengingatkan pentingnya peran semua elemen masyarakat dalam memastikan perlindungan terhadap anak-anak, terutama dari lingkungan terdekat mereka sendiri.
Pemerintah pusat diharapkan turut merespons kasus serupa dengan memperkuat pengawasan dan penindakan, serta memberikan edukasi yang komprehensif kepada keluarga agar tidak menjadikan anak sebagai tulang punggung ekonomi keluarga.
Pewarta : Andi

Tinggalkan Balasan